Ramadhan: Menyempurnakan Keislaman.
Sebuah Refleksi Akhir Ramadhan.
Oleh : H.Muhammad Tahir

Ramadhan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang memperdalam ketakwaan dan membawa umat Islam lebih dekat pada Islam kaffah (paripurna). Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183),Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama Ramadhan adalah membentuk manusia bertakwa. Ketakwaan ini bukan hanya diukur dari puasa, tetapi bagaimana seluruh dimensi kehidupan kita semakin selaras dengan nilai-nilai Islam sejati.
Dalam Islam, kehidupan harus diarahkan untuk mencapai ridha Allah, dan Ramadhan menjadi momen terbaik untuk menyempurnakan perjalanan spiritual ini. Rasulullah SAW bersabda:“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim).Tetapi apakah setelah Ramadhan, kita tetap mempertahankan ketakwaan yang telah dibangun? Ataukah Ramadhan hanya menjadi formalitas tahunan tanpa dampak berkelanjutan?
Apa yang Belum Sempurna?
Setiap tahun, kita berdoa sebelum Ramadhan agar Allah mempertemukan kita dengan bulan suci ini. Ketika akhirnya Ramadhan hadir, kita berusaha menjalani ibadah sebaik mungkin. Namun, menjelang akhir Ramadhan, muncul pertanyaan: sudahkah kita mencapai target spiritual yang diinginkan?
1. Syahadat: Apakah Keyakinan Kita Sudah Mengkristal?
Syahadat bukan hanya kalimat yang diucapkan, tetapi sebuah komitmen total kepada Allah. Jika masih ada keraguan atau inkonsistensi dalam keimanan kita, maka Ramadhan harus menjadi momen untuk memperkuat keyakinan dan memperdalam pemahaman tauhid.
2. Shalat: Apakah Kita Sudah Khusyuk?
Allah berfirman:“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45).Tetapi apakah shalat kita sudah benar-benar menjadi penghalang dari kemaksiatan? Apakah bacaan shalat kita tartil? Apakah kita telah memahami makna setiap ayat yang kita baca?
3. Puasa: Apakah Sudah Menjadi Pendidikan Jiwa?
Rasulullah SAW bersabda:“Banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad).Puasa bukan hanya menahan lapar, tetapi juga mendidik hati dan akhlak. Apakah kita telah menyempurnakannya dengan shalat malam, tadarus Al-Qur’an, dan sedekah sosial?
4. Zakat dan Sedekah: Apakah Kita Sudah Berbagi dengan Optimal?
Zakat fitrah wajib ditunaikan sebelum Idul Fitri sebagai bentuk penyucian jiwa dan kepedulian sosial. Selain itu, zakat mal dan sedekah merupakan indikator sejauh mana kita memahami makna berbagi dalam Islam.
5. Haji: Apakah Niat Kita Sudah Matang?
Bagi yang telah mampu, haji adalah rukun Islam yang wajib ditunaikan. Allah berfirman:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali ‘Imran: 97).Apakah kita telah merencanakan haji dengan niat yang tulus atau sekadar menundanya tanpa alasan yang jelas?
Ramadhan Meninggalkan Jejak yang Kuat
Sebuah institusi pendidikan, Ramadhan adalah madrasah spiritual yang melahirkan perubahan. Pada akhir Ramadhan, catatan amal kita seakan dikirim kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari).Maka, masih ada kesempatan di tiga hari terakhir ini untuk menyempurnakan ibadah sebelum takbir Idul Fitri dikumandangkan. Namun, lebih dari itu, kita juga harus mencatat evaluasi diri dan membuat agenda perbaikan untuk Ramadhan berikutnya, jika Allah masih memberikan umur.
Menjadi Muslim Sejati, Allah memerintahkan kita untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah:“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208), Islam kaffah bukan sekadar menjalankan ibadah formal, tetapi mengimplementasikan ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan. Ramadhan harus menjadi tonggak perubahan menuju kesempurnaan keislaman kita.
Ramadhan sempurna, jika menjalankan ibadah sempurna, Ramadhan membentuk karakter dan kesadaran spiritual kita untuk menjadi Muslim yang lebih baik. Koreksi evaluasi dan refleksi diperlukan agar Ramadhan tidak berlalu begitu saja tanpa meninggalkan dampak berarti dalam kehidupan kita. Semoga kita semua menjadi bagian dari mereka yang berhasil meraih taqwa sejati. Aamiin.