Nilai Sarjana dan Chat GPT
oleh :Muh Tahir
Tengah era AI (Artificial Inteligence) dan konvergensi media digital, telah terjadi kecerdasan kolektif, hampir semua orang dengan mudahnya menelusuri IPTEKS dimedia sosial dan memperoleh kebutuhan sesuai keahlian.
Pada event wisuda itu para orang tua masih berkenyakinan wajah seribu harapan, anak dengan proses kuliah, dan dapat gelar sarjana anak keturunan kita masuk golongan intelektual dan bekerja di tempat terbaik.
Pengamatan ini, sekaligus renungan interaksi para orang tua wisuda Unhas, 10 Juli 2024, sama sama orang menyaksikan anak tampil pakaian toga dikalungi salempang, tanda orang sebagai insan intelektual sanggup bersaing..diera globalisasi ini, sering disebut era menyingkirkan orang tidak berkualitas.
Di sisi lain, dampak dari kemudahan yang ditimbulkan oleh AI ini bisa mengakibatkan Mahasiswa jadi malas untuk berfikir dalam mengerjakan tugas dan cenderung mengandalkan platform ini, sementara AI memiliki pemahaman yang terbatas dan jawaban yang diberikan tidak selalu sesuai. Dampak lain yang ditimbulkan, Mahasiswa akan kehilangan indera berpikir kritisnya dalam menyikapi hal disekitarnya karena sudah bergantung pada kecanggihan AI.
Dengan adanya perkembangan teknologi seperti ini, seharusnya pola pikir kita juga ikut berkembang berdampingan. ChatGPT bisa sangat powerfull apabila kita bisa menggunakannya dengan bijak, kita bisa menjadikannya sebagai asisten dan pendamping kita dalam menyelesaikan pekerjaan, bukan malah kita yang dituntun oleh kecerdasan buatan ini.