Merawat Kepemimpinan Beradab di Organisasi Kepemudaan
oleh:Hadi Putra
HES Institute

“Organisasi kepemudaan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan melahirkan calon-calon pemimpin masa depan. Ia bukan sekadar wadah berkumpul dan berkegiatan, tetapi ruang belajar tentang tanggung jawab, pengabdian, dan seni memimpin dengan hati. Namun, belakangan ini, kita sering dihadapkan pada situasi yang cukup memprihatinkan”.
Beberapa organisasi kepemudaan, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat, mulai diwarnai dengan pola kepemimpinan yang lebih berorientasi pada kepentingan diri. Jabatan yang seharusnya menjadi amanah, terkadang diperlakukan sebagai alat pencitraan atau sekadar jalan untuk memperluas pengaruh pribadi. Situasi ini tentu menjadi catatan bersama, karena dari ruang-ruang kecil inilah masa depan kepemimpinan bangsa dibentuk.
Sejatinya, pemimpin dalam organisasi kepemudaan bukan hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga harus beradab dalam sikap dan perilaku. Kepemimpinan yang baik tidak diukur dari seberapa banyak posisi yang diraih, melainkan dari seberapa besar manfaat yang ditinggalkan. Pemimpin yang mampu menjaga tutur kata, bersikap bijak, serta menghargai perbedaan, akan jauh lebih dikenang ketimbang mereka yang sekadar hadir untuk mengejar nama.
Saat ini, kita butuh lebih banyak pemimpin muda yang tulus mengabdi, bukan sekadar tampil di permukaan. Pemimpin yang mau mendengar, berbagi, dan hadir di saat anggota membutuhkan, bukan hanya saat agenda besar atau ketika sorotan kamera menyala. Karena sejatinya, kualitas seorang pemimpin diuji bukan di atas panggung, melainkan di balik layar, saat bekerja dalam diam untuk kebaikan banyak orang.
Organisasi kepemudaan akan menjadi kuat jika diisi oleh pribadi-pribadi yang menyadari bahwa jabatan adalah amanah, bukan alat untuk memperkuat diri. Jika dari sekarang kita mulai merawat kepemimpinan yang beradab, maka bukan tidak mungkin kelak lahir sosok-sosok pemimpin yang membawa ketenangan, keadilan, dan kemaslahatan.
Sudah saatnya kita menata kembali pola kepemimpinan di organisasi kepemudaan. Bukan dengan saling menjatuhkan, tetapi dengan menumbuhkan kesadaran bersama bahwa kepemimpinan yang baik lahir dari hati yang bersih dan niat yang tulus. Bahwa pemimpin yang sejati adalah ia yang bekerja bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak.
Sebagai generasi muda, mari kita rawat budaya kepemimpinan yang santun dan penuh adab ini. Karena bila hari ini kita membiarkan ruang-ruang kepemudaan dipenuhi ambisi tanpa kendali, esok kita hanya akan mewarisi kepemimpinan tanpa arah. Namun bila kita jaga sejak dini, insyaAllah bangsa ini akan memiliki pemimpin-pemimpin masa depan yang bukan hanya cerdas, tapi juga berhati bersih.
Kita tidak butuh pemimpin yang haus posisi, tapi kita rindu pemimpin yang ikhlas hadir dan menjadi pelayan. Mari bersama, mulai dari diri sendiri dan lingkungan terkecil kita.