4 Manfaat ‘Bergosip’ dari Melepas Stres hingga Introspeksi
Jakarta, Suara Maju — Dua orang yang duduk bersama kadang tak mampu menghindari satu hal yakni bergosip. Apalagi jika sedang bercengkrama dengan sahabat atau kawan dekat, kemungkinan untuk bergosip alias membicarakan orang lain begitu besar.
Tak jarang ada yang bilang bergosip itu tidak baik. Namun, menurut Goali Auzeen Saedi, seorang psikolog, konselor sekaligus penulis dari University of Notre Dame ada hal-hal baik yang dapat dipetik ketika bergosip. Berikut empat di antaranya seperti dirangkum dari sejumlah sumber:
1. Melepas stres
Bergosip dapat melepas stres, meski hanya dalam ‘dosis’ yang tak seberapa. Kuncinya ialah orang sebaiknya bercerita pada teman yang bisa mereka percaya.
“Ada elemen pelepas stres setiap kita berbagi cerita dengan orang yang dipercaya, kuncinya ialah kepercayaan. Jika dua orang dalam pertemanan yang erat, bicara dengan bebas bisa berfungsi sebagai terapi,” jelas Goali seperti dilansir dari Cosmopolitan, baru-baru ini.
Akan tetapi, bergosip hanya akan semakin membuat frustasi kala terus-terusan membicarakan orang yang sama. Goali menyarankan sebaiknya obrolan diarahkan agar lebih konstruktif.
“Bergosip akan lebih berguna untuk memberikan pengalaman yang lebih baik dengan teman untuk membuahkan solusi. Berbanding jauh dari pada membicarakan kejelekan orang lain terus-terusan,” tambahnya.
2. Mendeteksi ‘sinyal’ buruk pertemanan
Dalam pertemanan kadang orang mendeteksi adanya ‘sinyal’ tak baik atau rasa takl nyaman. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan bercerita pada teman dalam satu kelompok sehingga orang bisa mendapat titik terang.
“Gosip prososial adalah tipe (bergosip) yang membantu orang menyampaikan informasi dan membantu kita bertumbuh, merasa aman, dan mengetahui apa yang terjadi di lingkungan kita,” kata Goali.
Sebuah studi pada 2012 menemukan partisipan yang begitu peduli pada seseorang yang dianggap tidak bisa dipercaya justru adalah orang yang paling mungkin membicarakan orang lain di belakang mereka. Namun, hal ini dilakukan dengan alasan yang baik yakni, untuk memperingatkan kelompok bahwa ada teman yang berpotensi jadi ‘racun’.
3. Menjadikan orang lebih baik dari sebelumnya
Salah satu cara membangun hubungan pertemanan yang baik ialah dengan keterbukaan. Mengungkapkan kemarahan, kekecewaan atas apa yang dilakukan teman justru bisa membuat mereka menjadi orang yang lebih baik karena mereka tahu apa yang mereka lakukan itu salah.
“Teman mungkin tak sadar dengan apa yang mereka lakukan selama ini. Anda ingin peduli dan tak pernah mengejutkan mereka dengan intervensi besar,” jelas Goali.
4. Tahu apa yang tak boleh dilakukan
Bergosip rupanya membuat orang mengetahui apa yang tak boleh dilakukan dalam pertemanan. Sebuah studi pada 2017 menunjukkan partisipan yang melihat tindakan buruk dalam sebuah video. Setelah itu mereka bergosip mengenai tindakan buruk, dan menjadi lebih sadar akan peraturan kampus.
“Apa yang menurut orang lain tak baik, bisa jadi informatif buat diri kita saat kita memutuskan untuk melanjutkan hubungan dengan orang lain atau tidak,” kata Goali.